KHANAN RIFA'UL KASBI punya Halaman Nih

Kibarkan Gelora Tulis Menulis... Gaya Jenius tapi Mak Nyus

Rabu, 17 Maret 2010

Jangan Panggil Aku Menteri Keuangan


Jangan Panggil Aku Menteri Keuangan
    Siang itu, saya terhenyak mendengar kabar dibentuknya tim pansus penyelesaian Kasus Bank Century. Bank yang selama ini membuat kepalaku pusing tujuh keliling. Hal ini mendorong para wartawan menyerbuku dengan seribu pertanyaan. Keterlaluan, dua hari yang lalu tidak seperti ini. Mungkin karena mereka tahu surat panggilan investigasi itu sudah sampai di tanganku. Ya, hari ini giliranku untuk ditanyai di sidang investigasi Pansus Bank Century.
    Rutinitas di kantor kementerian keuangan ditunda untuk sementara waktu. Mobil sedan hitam nan mewah menanti di depan saya itu seakan mengajakku ke tempat perkumpulan orang-orang ter”lebay” yang pernah saya lihat. Na'udzubillah. Kalimat yang pantas bagi tim pansus yang aku anggap profesional dan etis dan nyatanya memang benar hanya menjadi isapan jempol belaka. Bagaimana tidak, kebijakan penyelamatan Bank Century yang saya pimpin telah dianggap melanggar peraturan. Sungguh ironis, mereka lupa siapa yang telah ikut menyetujui undang-undang dan peraturan tersebut.
    Kebijakan ini tidaklah lebih dari sekedar pelaksanaan dari suatu aturan tertulis yang telah disahkan oleh lembaga dimana mereka berasal. Tempat dimana panggung sandiwara politik kental dengan nuansa jatuh menjatuhkan lagi kurang menjunjung adab. Itulah DPR. Maka, benarlah pernyataan mantan Presiden kita yang telah berpulang ke rahmatullah, Bapak Gus Dur, yang berkata bahwa DPR itu seperti sebuah Taman Kanak-kanak. Memang ada benarnya juga. Tapi, mungkin saya lebih beruntung, karena berbeda dengan saya, Mantan presiden kita ini justru langsung dilengserkan dari jabatannya akibat kasus Bulog Gate yang hingga kini belum tuntas dan tak ada buktinya sama sekali. Ditambah lagi, uang yang dilibatkan di dalam kasus itu jauh lebih kecil dan itupun bukan uang negara melainkan hibah dari negara sebelah.
    Semoga rapor merah ini juga tidak terjadi padaku. Pikiran yang sempat menggelayuti otakku itu pergi seiring tersadarnya diriku yang tengah berada di antara para investigator alias tim pansus. Diantara anggota tim sesekali menanyaiku dengan nada yang tinggi bak seorang ayah yang memarahi anaknya. Ada pula anggota pansus yang begitu lugunya hingga aku harus menjelaskan panjang lebar isi dari undang-undang tersebut. Yang lebih lucu lagi, ada pula anggota tim yang tidak berbicara substantif tetapi justru hanya berbicara tentang etika dan interupsi-interupsi yang tidak ada hentinya. Yang jelas, banyak perilaku lucu yang sempat membuat saya bertanya dalam hati. Inikah Tim pansus yang dibentuk itu? Untung saja, itu hanya terjadi pada sebagian anggota.
    Seusai investigasi, tak terasa tiba-tiba saya sudah ada di panggung peresmian gedung STAN. Tanpa panjang lebar dan dengan penuh kewibawaan, saya pun menyampaikan keluh kesah dan harapan yang mungkin tidak terlalu berlebihan. Harapan akan tingginya nilai KPI pada seluruh lulusan STAN. KPI atau Key Performance Indicator yang dimaksud ini dapat diukur dengan kompetensi yang tinggi dan tidak jauh tertinggal dari lulusan S1 dari universitas lain yang masuk ke kementerian keuangan. Saya tidak membutuhkan bawahan pintar saja, tapi bawahan yang benar-benar bisa bekerja secara profesional di lapangan nantinya.
    Sempat terbersit kekesalan di hati akibat investigasi kemarin. Kekesalan terhadap BPK, Badan yang notabene juga tempat hinggapnya banyak lulusan STAN. Kekesalan itu tidak lain karena Badan tersebut tidak menyertakan rekomendasi dan surat penjelasan tim KSSK, BI dan LPS yang seharusnya dilampirkan bersama hasil audit. Tetapi saya tidak memperdulikannya. Yang lebih penting adalah mereka yang sekarang ada di Sekolah Tinggi ini. Saya sangat berharap mereka bisa menjadi punggawa keuangan negara yang andal.
    “Jujurlah dalam bekerja, aplikasikan semaksimal mungkin ilmu yang kalian dapatkan baik selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan, jangan lupakan bahwa kalian bisa kuliah gratis karena uang rakyat. Maka, mari bersama-sama kita buktikan kepada rakyat bahwa mereka tidak salah pilih.Tugas berat ada di depan kalian, mulai dari konsistensi akuntabilitas LKPP dan usaha meningkatkan status opini Laporan keuangan agar bisa menjadi Wajar tanpa pengecualian, pembangunan jaringan database keuangan secara komputerik yang terintegrasi, dan masih banyak lagi”, kalimat tegas nan indah ini tak sadar kuucapkan saat pidato itu.
    “Jangan panggil saya menteri keuangan, jika masih ada rakyat yang protes dengan bobroknya manajemen keuangan yang saya pimpin, jika memang kenyataannya seperti itu. Oleh karenanya, kalian jugalah yang menentukan hasilnya” tambahku dengan tegas.
    Tiba-tiba seberkas cahaya menyilaukan memantul dari sebuah bus KOPAJA 613. Mataku yang tak kuat melihat silaunya cahaya itu sempat melihat beberapa mahasiswa dengan membawa spanduk berisi pemrotesan atas kinerja Tim KSSK yang turun dari bus. Lantas, seorang mahasiswa melempariku dengan botol air dan...
    “Pyaaar....!!!!”
    Saya terbangun dari mimpi. Teman kosku yang membangunkanku sudah tidak sabar menunggu hingga akhirnya menyiramkan segayung air ke mukaku.
    “Awas ya!” jawabku dengan penuh kesal.
http://img402.imageshack.us/img402/1663/commentsfb.png
Buat Facebook Comment, klik disini

Tidak ada komentar:

FACEBOOK SHARER

 

Kembali ke Dashboard