Jalan Terbuka bagi Datangnya Saudara Baru
Sebagian dari kita telah kembali menjalani aktivitas perkuliahan, bahkan telah datang para mahasiswa baru sebagai generasi baru tingkat satu Diploma III STAN. Satu hal yang sangat dianggap penting terutama untuk mahasiswa baru adalah mengadakan silaturahim. Bagaimana tidak, setiap penduduk yang bermukim di tempat yang kita kunjungi apalagi kita diami ibarat tuan rumah bagi kita, sementara kita adalah tamu yang datang untuk sekedar menumpang di daerah mereka. Sungguh naif jika sebagai tamu tidak bersilaturahim kepada tuan rumahnya. Itu belum termasuk bagaimana silaturahim terhadap rekan-rekan kuliah, kakak kelas, dosen, dan para penjaga warung nasi (???)
Sebagaimana Rasulullah anjurkan dalam berbagai nasihatnya, silaturahim merupakan bentuk muamalah dan ibadah hablumminannas yang mengandung banyak sekali manfaat. Salah satu diantaranya adalah menjadi jalan terbuka semakin bertambahnya saudara baru bagi kita. Hal ini dicontohkan oleh kaum muslimin Muhajirin dan Anshor. Betapa senangnya mereka mendapatkan sambutan yang hangat dari para tuan rumah setelah mereka ditinggal saudara dan tanah air sendiri demi berhijrah untuk berjuang bersama Rasulullah.
Jangan salahkan apabila ada masyarakat yang mencibir kita bahwa kita adalah mahasiswa yang arogan. Jangan salahkan pula apabila ada sebagian dari masyarakat yang tiba-tiba mencurigai kita sebagai pencuri yang siap mengambil barang yang bukan haknya. Ini bukanlah omong kosong melainkan fakta yang kerap kali kita jumpai. Jadi, salahkan saja diri kita yang tidak mau bersilaturahim.
Lalu apa saja bentuk silaturahim yang dapat kita lakukan terhadap lingkungan sekitar kita? Penulis mendapat singkatan baru yakni ST 12 SMSan (hey??) terkait bentuk silaturahim tersebut yang terdiri dari:
1. Saling taaruf
Bagi mereka yang sudah siap menikah pasti akan segera menafsirkannya ke dalam kamus pernikahan. Akan tetapi, makna taaruf tidak sesempit itu. Taaruf sesuai kata dasarnya mengandung arti “perkenalan”. Manusia tidak mungkin mengadakan hubungan secara harmonis melainkan didahului dengan perkenalan. Sudah selayaknya seorang anak kos memperkenalkan diri mereka kepada Pemilik kos dan penghuni kos lainnya. Tidak hanya itu, latar belakang maupun kebiasaan yang ada dalam diri kita yang sekiranya perlu diberitahukan harus kita sampaikan. Banyak kasus buruk yang nyata terjadi dan sebenarnya bisa diusahakan untuk tidak terjadi seperti misalnya Mahasiswa yang terlambat solat subuh atau bahkan di-DO dari STAN karena kebiasaannya yang susah bangun tidur. Contoh lainnya ialah kebiasaan para mahasiswa yang sering lupa dengan jadwal kuliahnya sendiri atau lupa dengan penempatan barang-barang yang sering ia pakai sendiri, dan masih banyak lagi.
2. 1 Senyum 2 Salam
Setiap kali berjumpa dengan muslimin khususnya yang kita kenal, Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita untuk senantiasa menebar senyum kepada mereka. Senyum ibarat sodaqoh karena dapat membahagiakan hati kaum muslimin yang lain. Karena senyum, orang jelek bisa bertambah indah di pandangan Muslim yang lain. Akan berbeda dengan mereka yang lebih sering cemberut atau mengerutkan dahi di hadapan yang lain, maka ia akan dipandang jelek dan hanya menambah beban di hati muslim yang lain saja.
Dua salam dalam hal ini bisa diartikan dalam tiga pengertian:
a. 1 Salam dari kita dan 1 salam dari Muslim yang lain
b. 1 Salam saat berjumpa dan 1 salam saat berpisah
c. 1 Ucapan salam dan 1 Jabat tangan salam (bersalaman)
Pada intinya, ketiganya perlu kita praktekkan. Semakin banyak kita menyampaikan salam (apalagi ditambah dengan bersalaman), makin banyak pula doa mengalir diantara kedua Muslim. Doa yang berisi permohonan atas keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah bagi muslim yang lain. Semakin banyak salam kita sampaikan, semakin banyak pula maghfirah Allah turun kepada keduanya baik dosa kepada Allah maupun dosa di antara keduanya. Mengapa? Karena salam adalah doa, dan doa seorang muslim terhadap muslim yang lainnya tidak aan terucap melainkan diiringi ampunan bagi keduanya yang dimintakan oleh para Malaikat yang mendengarnya.
3. Sapa
Saling tegur sapa sesama muslim memberikan nuansa baru keakraban di setiap perjumpaan. Muslim yang satu menanyakan kabar muslim yang lain yang kemudian dijawab oleh muslim lainnya. Tatkala salah satu muslim merasakan ada masalah dalam dirinya lalu ia menyampaikan masalahnya kepada saudaranya maka seringkali masalah tersebut terpecahkan saat itu juga.
4. Memberi hadiah
Rasulullah SAW tidak akan pernah memberikan nasihat yang sia-sia. Salah satu nasihat kecil yang punya pengaruh besar bagi kehidupan adalah nasihat untuk memberikan hadiah kepada sesama muslim yang lain. Memberikan Hadiah (tanpa memandang besar atau kecilnya suatu hadiah) setidaknya secara lahiriah menunjukkan suatu perhatian besar kepada Muslim yang lain. Seringkali para mahasiswa setelah pulang dari suatu tempat yang jauh atau berangkat dari kampung halaman misalnya, mereka memberikan oleh-oleh dari daerah mereka kepada Bapak/Ibu kos. Diantara mereka ada yang membawa Kue-kue, bawang merah, gula, teh, dan sebagainya. Kadangkala, sering pula penulis misalnya diberi makanan maupun minuman saat berbuka puasa atau makanan sepulang dari hajatan masyarakat sekitar.
Tidak hanya dalam bentuk makanan saja, hadiah bisa berupa barang. Barang yang diutamakan untuk dihadiahkan adalah barang yang bermanfaat, barang yang dibutuhkan mendesak, dan barang yang dapat mengingatkan kita kepada Allah. Kita ambil Contoh misalnya Qur’an, juz amma atau iqra yang bisa kita hadiahkan kepada siapa saja terutama anak-anak kecil.
Adapula hadiah yang nilainya besar tetapi tidak terlihat secara fisik. Apa itu? Itulah ilmu. Mengajarkan ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan seperti rekan-rekan kita, anak-anak madrasah, atau keluarga dari pemilik kos kita. Di satu sisi, bagi mereka para pemilik ilmu yakni pahala yang besar yang senantiasa mengalir selama ilmu itu dimanfaatkan bahkan hingga meninggal dunia. Di sisi yang lain, muncul dari sana perhatian dan terima kasih dari muslim lain.
5. Sopan Santun
Dari awal hingga akhir kita berbicara mengenai bentuk silaturahim kita kepada muslim yang lain. Namun, semua tidak akan berguna jika sikap dan tingkah laku kita di hadapan mereka tidak diiringi kesopanan dan kesantunan. Sopan dan santun artinya memperhatikan dan mengaplikasikan norma-norma baik yang berasal dari kebiasaan dan adat istiadat setempat. Sebagai contoh, di awal kita telah membahas mengenai bersalaman (berjabat tangan). Dengan bersopan santun, bersalaman dengan teman tentu akan berbeda caranya dibandingkan berjabat tangan kepada anak-anak kecil dan kepada orang-orang yang tua (Bapak/Ibu Kos dan Sesepuh) dan yang dituakan (ulama). Sungguh indah dipandang dan akan menjadi sebab perhatian besar dari orang-orang yang tua dan dituakan apabila seorang Mahasiswa Muslim setiap berjumpa dengan mereka kemudian mencium tangan mereka. Anak-anak kecil pun akan semakin sayang ketika usai sang Mahasiswa dicium tangannya oleh si kecil lalu Ia mengusap-usap rambut si kecil sebagai tanda sayangnya kepada mereka.
Nah, inilah sobat-sobat Insan Kamil yang disayangi Allah SWT mengenai pentingnya bersilaturahim. Tidak cukup kita hanya belajar PP (pulang pergi dari kos ke STAN), tidur, makan, dan sebagainya. Interaksi sosial sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Silaturahim yang dibina dengan baik, pasti akan membuahkan nikmat Iman yakni bertambahnya saudara-saudara baru untuk kita. Rabbi Faj’alna minal Akhyar! Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang baik berkat silaturahim kita. AminYa Rabbal Alamin. KHAN
Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu kecuali ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri”.
[Bukhari no. 13, Muslim no. 45]
Buat Facebook Comment, klik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar